Indonesia diberkahi dengan hutan-hutan tropis terluas dan beragam hayati di dunia, puluhan juta rakyat Indonesia secara langsung bergantung pada hutan – hutan untuk kehidupan mereka, entah itu mengumpulkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari – hari atau bekerja disektor pengolahan kayu.
Hal ini di utarakan oleh Gubernur Kalimantan Selatan dalam sambutan tertulisnya yang di sampaikan oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Prov. Kalsel, H. Sugian Noorbah pada acara Seminar Nasional Silvikultur V dan Kongres Masyarakat Silvikultur Indonesia IV dengan Tema “Silvikultur Untuk Produksi Hutan Lestari dan Rakyat Sejahtera” di Hotel Novotel, Banjarbaru, Rabu (23/8).
Menurutnya, beberapa industri pengolahan kayu beroperasi dengan memperoleh pasokan kayu dari sumber – sumber ilegal.
“Kayu dan hasil hutan di selundupkan melintasi perbatasan ke negara – negara tetangga, membuat jutaan dolar pendapatan pemerintah Indonesia hilang setiap tahunnya, termasuk terjadinya penggundulan hutan” ucapnya.
Ia mengungkapkan sebagai dampak dari kondisi tersebut bencana banjir, longsor dan kekeringan mengancam kehidupan masyarakat baik yang berada di sekitar hutan maupun di daerah aliran sungai dimana di hulunya terdapat hutan yang mengalami krisis.
Lebih jauh Gubernur Kalsel mengatakan ketika sudah mengetahui lebih lanjut tentang silvikultur, silvikultur bukan hanya sekedar menanam hari ini dan kemudian seminggu, dua minggu dapat langsung dipanen, tetapi silvikultur adalah bagaimana kita menanam hari ini, merawatnya dan kemudian yang memanennya adalah anak cucu kita.
Ia juga telah menargetkan untuk dapat melaksanakan penanaman seluas 35 ribu hektar per tahun selama 10 tahun ke depan dengan menggunakan kelompok kayu energi di antaranya adalah cepat tumbuh (fast growing) serta kayu pertukangan.
“Dalam gerakan revolusi hijau, sasarannya adalah lahan kritis seluas 640 ribu hektar yang meliputi luas lahan kritis dalam kawasan hutan seluas 398 ribu hektar dan di luar kawasan hutan seluas 242 ribu hektar” jelasnya.
Untuk itulah peran organisasi profesi seperti masyarakat silvikultur Indonesia sangat penting bersama-sama dengan Pemerintah Prov. Kalsel, Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Pengusaha, Sekolah serta elemen masyarakat lainnya menggelorakan semangat revolusi hijau.
Diharapkan kegiatan ini dapat menghasilkan butir – butir kesepakatan dan komitmen penting baik berupa hasil penelitian, pemikiran, pengalaman ataupun rekomendasi yang dapat memberikan dukungan maksimal pada gerakan revolusi hijau serta pada pembangunan kehutanan untuk perbaikan kualitas lingkungan di Kalsel. MC Kalsel/Ar