Agustus 2024, Kalsel Mengalami Deflasi Sebesar 0,36 Persen

Kondisi perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Agustus 2024 masih kuat walaupun harus menghadapi berbagai tekanan ekonomi. Aktivitas dan mobilitas masyarakat di Agustus ditandai dengan euforia peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pengeluaran masyarakat banyak untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial, perlombaan olahraga, kesenian, dan aktivitas lain untuk memeriahkan perayaan tersebut. Sedangkan dari sisi belanja pemerintah, Agustus 2024 merupakan periode bagi pemerintah melanjutkan pengeluaran atau belanja untuk proyek-proyek infrastruktur dan program-program yang telah direncanakan sebelumnya.

Kepala Dirjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalsel Syafriadi menyebutkan, indikator-indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalsel yang masih positif tersebut antara lain tingkat inflasi Agustus 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,36 persen (mtm) atau mengalami mengalami inflasi sebesar 1,71 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 2,12 persen (yoy).

“Dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kota Banjarmasin sebesar 2,20 persen (yoy), sedangkan yang terendah pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sebesar 0,72 persen (yoy). Penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, gula pasir, tarif parkir, dan sigaret kretek mesin (rokok),” kata Syafriadi, Banjarmasin, Senin (30/9/2024).

Dipaparkan Syafriadi, neraca perdagangan kembali mengalami surplus tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 tercatat mengalami kontraksi -7,37 persen. Namun jika dilihat secara month-to-month mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya sebesar 35,58 persen. Surplus Neraca Perdagangan Kalsel Agustus 2024 sebesar US$917,66 juta.

“Pendapatan Negara di Kalsel Masih Turun, Perlu Langkah Strategis Untuk Penuhi Target kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan Agustus 2024 telah terealisasi sebesar Rp13,46 Triliun atau 59,27 persen dari target. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2023, kinerja pendapatan APBN turun atau terkontraksi 17,10 persen,” ucap Syafriadi.

Kontraksi ini terus menurun jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, dan ditargetkan sampai dengan akhir tahun target penerimaan negara dapat tercapai. Walaupun secara total pendapatan negara mengalami kontraksi, di sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 11,64 persen dengan realisasi sebesar Rp1,23 Triliun.

Dari sisi belanja negara, realisasi total belanja negara sebesar Rp24,79 triliun atau 64,00 persen dari pagu. Capaian ini meningkat 29,97 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi Belanja untuk Bulan Agustus ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp5,77 Triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp19,12 Triliun.

“Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan negara adalah Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp12,01 triliun atau 57,13 persen dari target, terkontraksi sebesar 18,61 persen (yoy). Kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp6,88 Triliun, kemudian PPN memberikan kontribusi sebesar Rp4,37 Triliun,” tambahnya.

Tiga sektor perpajakan yang memberikan kontribusi penerimaan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 31,4 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 19,6 persen serta pengangkutan dan pergudangan sebesar 16,9 persen.

Secara kumulatif, mayoritas sektor utama masih tumbuh positif sampai dengan bulan Agustus 2024, kecuali Sektor Pertambangan (karena penurunan harga Batubara), Sektor Perdagangan, Sektor Pertanian (karena penurunan harga TBS kelapa sawit), Sektor Aktivitas Penyewaan dan Sektor Konstruksi yang mengalami kontraksi. MC Kalsel/Rns

Mungkin Anda Menyukai