Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas pekerja, Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) dan unit pelaksana teknisnya (Puskesmas) sebagai instansi pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat termasuk pekerja.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan teknis tentang program kesehatan kerja dan olahraga sehingga bisa berjalan baik dan lancar serta melakukan evaluasi hasil dan capaian target kesehatan kerja dan olahraga. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinkes Provinsi Kalsel, Raudhatul Jannah pada pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Kesehatan Kerja dan Olahraga, Banjarmasin, Senin (6/5/2024).
Menurut data Badan Pusat Statistik Kalsel 2023 menyebutkan bahwa dari 4.234.214 jiwa penduduk Kalsel, terdapat 2.079.681 juta pekerja (49,11 persen). Pekerja laki-laki sebanyak 1.276.460 jiwa (61,37 persen) dan pekerja perempuan sebanyak 803.221 jiwa (38,63 persen).
“Pekerja merupakan aset dan penggerak perekonomian suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari peran para pekerja. Aset pembangunan ini tentunya memerlukan perhatian dan perlindungan kesehatan agar dapat menjadi sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing tinggi,” kata Raudhatul.
Saat ini, sasaran pembangunan kesehatan yang besar memerlukan tanggung jawab dan dukungan dari seluruh aspek. Usia produktif adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun.
Dimana didalamnya terdapat mayoritas pekerja, anak sekolah/mahasiswa dan masyarakat umum lainnya. Usia produktif merupakan tulang punggung keluarga, aset negara dan sebagai penggerak ekonomi bangsa, serta sebagai pencetak generasi penerus bangsa.
“Setiap jenis dan tempat kerja mempunyai risiko yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang bisa mengakibatkan pekerja tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga terjadi penurunan produktifitas kerja, yang akan merugikan perusahaan atau menghambat karir pekerja tersebut,” ujar Raudhatul.
Selain itu pekerja juga mempunyai peran penting dalam kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan pemenuhan gizi keluarga, health literacy pada keluarga hingga pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga.
Disisi lain pekerja juga berada pada masa reproduktif akan berkontribusi terhadap pencapaian dan memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi, stunting, penyakit menular, penyakit tidak menular serta permasalahan kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sangat penting diintervensi pada populasi ini.
“Kedepan diharapkan melalui kegiatan ini dapat memengoptimalkan peran perempuan, lintas sektor, lintas program serta petugas Puskesmas maupun pengelola Dinkes kabupaten/kota dalam pengelolaan pelayanan kesehatan kerja dan olahraga serta memberikan peningkatan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan kerja dan olahraga,” jelas Raudhatul. MC Kalsel/scw