Guna menjaga kelestarian khazanah arsip khususnya arsip statis, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) berkolaborasi dengan Depot Arsip Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalimantan Selatan (Kalsel) memberikan pelatihan dan pendampingan kepada sejumlah Arsiparis di Kalsel, Banjarmasin, Rabu (22/06/2022).
Melalui kegiatan bertajuk Risk Assesment tersebut, ANRI memberikan sosialisasi Perka Nomor 4 Tahun 2019 mengenai penilaian kerusakan arsip. Salah satu membahas preservasi arsip statis yang bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip.
Arsiparis Madya sekaligus Koordinator Laboratorium dan Autentikasi Arsip ANRI, Yanah Suryanah mengatakan, penilaian kerusakan terhadap arsip sangat penting untuk diketahui arsiparis, karena akan berpengaruh dalam membuat kebijakan preservasi (pelestarian arsip) kedepan, sehingga arsip yang disimpan dapat diselamatkan dan dilestarikan.
“Selain menjaga kelestarian arsip, pengetahuan tentang penilaian kerusakan arsip ini juga diharapkan bisa menjadi indikator bagi arsiparis dalam membatasi hak akses terhadap arsip statis yang kondisinya rusak, agar bisa dilestarikan melalui alih media,” kata Yanah.
Yanah menambahkan, risk assesment ini juga membantu arsiparis agar lebih paham tentang metode penanganan dan antisipasi dari kerusakan arsip kertas yang dapat terjadi.
“Terkait penilaian kerusakan arsip per daerah saat ini memang masih belum ada, sehingga kami lakukan sosialisasi mengenai Perka Nomor 4 Tahun 2019 mengenai penilaian kerusakan arsip. Kita juga masih terus melakukan sampling satu per satu sebab jumlah volumenya sangat banyak,” jelas Yanah.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Arsip Dispersip Kalsel, Riza Fahlevi menerangkan, kegiatan risk assesment oleh ANRI ini diikuti oleh perwakilan Dispersip dari 13 kabupaten/kota se-Kalsel, mereka begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut hingga peserta yang hadir melebihi kuota yang ditetapkan.
“Disini kami menginformasikan cara mengetahui khususnya dalam hal kerusakan arsip, dengan kriteria rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat, peserta akan diberikan pengetahuan penanggulangannya sebab arsip ini jangan sampai rusak terutama arsip statis,” kata Riza.
Sedangkan seorang peserta dari Dispersip Hulu Sungai Tengah (HST), Farida Apriani sangat mengapresiasi kegiatan risk assesment yang dilakukan ANRI dan Dispersip Kalsel mengenai penyelamatan arsip statis ini.
Riza pun berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan, sebab menurutnya satu kali kegiatan saja masih kurang dalam memahami penilaian kerusakan arsip.
“Kegiatan risk assesment ini merupakan kegiatan yang sangat melekat sebagai penyelamatan arsip selaku memori kolektif bangsa, sehingga kemampuan ini harus terus di upgrade, dan terus dilatih,” jelas Riza. MC Kalsel/Jml