Hingga akhir November 2021, realisasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Kalimantan Selatan (Kalsel) mencapai Rp3,72 triliun yang mencakup klaster kesehatan, perlindungan sosial, UMKM, program prioritas, dan insentif pajak.
“Terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 di wilayah Kalsel, sampai dengan saat ini menunjukkan indikasi yang semakin baik. Hal tersebut terlihat dari angka persentase penduduk yang positif COVID-19 lebih rendah dari angka nasional yaitu 0,02 terhadap 0,12. Tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dari nasional yaitu 96,56 terhadap 96,50. Sedangkan, jika dilihat dari zona risiko wilayah Kalimantan Selatan berada pada wilayah dengan risiko rendah,” ucap Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Kalsel, Sulaimansyah, pada kegiatan Assets and Liabilities Committee (ALCo) Regional Kalimantan Selatan secara virtual, Rabu (22/12/2021).
Ia pun menyarankan sejumlah hal yang perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi Kalsel terus meningkat dalam mendukung PEN, di antaranya dengan percepatan vaksinasi, melakukan efisiensi belanja melalui pemanfaatan teknologi informasi, dan peningkatan kapasitas pelaku UMKM.
“Juga diperlukan peningkatan pembinaan UMKM agar naik kelas, dan dapat menciptakan lapangan kerja dengan dukungan pembiayaan dan pemanfaatan digitalisasi serta transformasi ekonomi melalui percepatan peningkatan investasi baik swasta maupun pemerintah pada sektor unggulan non SDA, dan hilirisasi produk unggulan dari SDA dan perkebunan yang memberikan nilai tambah ekonomi,” kata Sulaimansyah.
Terkait realisasi APBD di Kalsel, Sulaimansyah menyebutkan total penyerapan belanja sampai akhir November 2021 sebesar 65,98 persen atau Rp18,905 triliun dari total pagu Rp28,651 triliun.
“Untuk realisasi pendapatan mencapai 79,41 persen dari pagu yaitu mencapai Rp19,791 triliun dari target sebesar Rp24,923 triliun,” kata Sulaimansyah.
Sulaimansyah mengatakan, peluang investasi di Kalsel terbuka cukup lebar, terutama dengan adanya rencana pengalihan (shifting) dari sektor dominan, pertambangan batu bara ke sektor tersier potensial, yaitu industri jasa.
“Di samping itu direncanakan juga akan ada transfromasi manufaktur dengan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi untuk sektor SDA berupa hilirisasi pengolahan batubara dan CPO,” kata Sulaimansyah. MC Kalsel/Rns