Guna menyamakan persepsi pola asuh pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi (PLDPI) Kalimantan Selatan menggelar workshop virtual yang diperuntukkan bagi orang tua atau wali, Banjarmasin, Senin (23/11/2020).
Sebagai pembuka kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel, Yusuf Effendi, mengatakan pihaknya tengah berupaya memaksimalkan pemenuhan hak-hak ABK agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan potensi yang dimiliki.
“Kita ketahui bahwa pendidikan diawali dari keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama bagi pembentukan dan pendidikan anak. Orang tua dan rumah adalah sekolah pertama yang dikenal oleh anak, karenanya peran orang tua disini sangatlah penting,” ujar Yusuf.
Orang tua, lanjut Yusuf, harus memiliki bekal yang cukup mengenai beragam konten informasi tentang pendidikan anak.
“Orang tua harus memberikan contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anaknya, karena anak usia dini merupakan sosok peniru yang ulung. Anak akan belajar melalui tahapan imitasi yaitu meniru. Apa yang dilihat dan didengar anak akan ditirunya,” kata Yusuf.
Selain pendidikan, penanganan ABK diakui Yusuf juga sangat membutuhkan kerja sama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Hal itu disebabkan masih adanya pandangan dan pemahaman yang negatif serta diskriminatif, baik pada lingkungan keluarga maupun masyarakat. Selain itu, ABK juga sangat rentan terhadap tindakan kekerasan.
“Kita tentunya berharap dengan kegiatan workshop pola pembinaan anak bagi orang tua dan masyarakat dalam intervensi terpadu ini akan memberikan pencerahan dan pemahaman yang konkrit terhadap orang tua dan masyarakat tentang pentingnya pembinaan terhadap anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan dan mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,” kata Yusuf. MC Kalsel/scw