Kuliah Online, Cara ULM Banjarmasin Mencegah Penularan Covid-19

Dosen Antropologi FKIP ULM, Nasrullah, Sabtu (4/4/2020). MC Kalsel/tgh

Sejumlah kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun perguruan tinggi saat ini tengah berhenti, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan agar masyarakat melakukan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan virus Covid-19.

Kuliah online pun kini menjadi tren dikalangan siswa dan mahasiswa. Banyak pengajar melakukan kegiatan belajar melalui sistem daring (e-learning) dengan memnfaatkan koneksi internet.

Salah satunya dilakukan oleh mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang telah menerapkan perkuliahan dari tatap muka menjadi tatap layar. “Ini metode yang bisa dijadikan alternatif pengganti perkuliahan tatap muka. Oleh karena itu, dosen mau tidak mau harus menguasai IT (ilmu teknologi),” ucap Dosen Antropologi FKIP ULM, Nasrullah, Sabtu (4/4/2020).

Oleh karena itu, dengan memaksimalkan teknologi internet, sistem perkuliahan memang menuntut mahasiswa dan dosen untuk cepat beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda. Meski begitu, jadwal perkuliahan sama halnya seperti pertemuan tatap muka.

“Jadwal perkuliahan sama dengan perkuliahan tatap muka. Sehingga diharapkan tidak bersamaan waktu dengan perkuliahan dosen lain,” terangnya.

Menurutnya, metode pengajaran yang digunakan yaitu dengan memberikan materi berupa artikel atau berita terkait perkuliahan. Penyampaian ini sebagai pengganti dosen memberikan materi saat di ruang kelas. “Untuk mengetahui respon mahasiswa, biasanya dosen memberikan tugas berupa pertanyaan yang dianggap dapat diselesaikan selama perkuliahan itu berlangsung,” ungkapnya.

Lanjut, Nasrullah menerangkan tidak akan memberikan beban materi dengan soal-soal yang dirasa berat. Sebab, ini akan menimbulkan penumpukan tugas apabila tidak disesuaikan dengan durasi waktu.

“Jadi pertanyaan yang diajukan adalah hal yang bisa mereka jawab waktu itu juga. Ini digunakan sebagai indikator mahasiswa memperhatikan, menyimak atau membaca materi,” jelasnya.

Selain itu, perkuliahan dengan sistem daring tentunya menimbulkan pro dan kontra. Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkan banyaknya tugas yang mereka terima, hal ini menjadi bentuk shock dari transformasi tradisi lisan melalui tatap muka ke tatap layar. “Jadi mahasiswa yang pasif selama tatap muka, mau tidak mau harus berjuang dalam kuliah online ini,” paparnya.

Oleh sebab itu dalam penerapannya, berbagai platform situs internet diterapkan agar mahasiswa tidak jenuh dalam menjalani kuliah daring. Mulai dari sosial media, hingga fasilitas panggilan video.

“Kita gunakan WhatsApp, ada juga yang menggunakan siaran langsung Instagram. Saya sendiri menggunakan layanan Google Class Room dan Google Zoom Meeting,” bebernya.

Tak hanya metode belajar mengajar yang diterapkan secara online tetapi bimbingan dan ujian tugas akhir pun sama. Secara teknis, mahasiswa dapat mengirimkan draft skripsi dalam bentuk pdf yang kemudian akan diberikan catatan dalam format Google Class Room. “Jadi saya buka jadwal bimbingan dua kali seminggu, mahasiswa silakan masukkan draftnya. Jika banyak yang mengirimkan, maka saya harus kerja keras mengkoreksinya,” tutupnya. MC Kalsel/tgh

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan