Pendidikan Yang Sama Pada Anak Istimewa

Lima orang pendongeng menghibur tamu undangan yang berhadir pada acara Peringatan Hari Autis dan Down Syndrome Internasional dengan tema Dongeng Kami untuk Mereka, Kita Maju dan Berkarya Bersama-sama di Aula Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Pendidikan Non Formal Dan Informasi Prov Kalsel, Forum Komunikasi Persaudaraan Indonesia (FKPI) Kota Banjarbaru, Kamis (4/4/2019). MC Kalsel/tgh

Pemerintah Kota Banjarbaru Menggelar Peringatan Hari Autis dan Down Syndrome Internasional dengan tema Dongeng Kami untuk Mereka, Kita Maju dan Berkarya Bersama-sama di Aula Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Pendidikan Non Formal Dan Informasi Prov Kalsel , Forum Komunikasi Persaudaraan Indonesia (FKPI) Kota Banjarbaru, Kamis (4/4/2019).

Ketua FKPI Kota Banjarbaru, Ummi Saroh mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan apresiasi kepada 20 sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di lima kecamatan di Banjarbaru, dari jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK sederajat.

“Oleh karenanya potensi-potensi anak-anak didik kita yang berada di sekolah inklusif di Banjarbaru, seperti mendongeng dan musikalisasi puisi ditampilkan dikegiatan ini,” ungkapnya.

Selanjutnya ia menyampaikan bahwa sekolah inklusif itu harus merata, karena sekolah inklusif pada prinsipnya adalah mendekatkan anak dengan sekolah.

“Jadi, jika nanti ada penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus, maka sistem zonasi adalah paling tepat bagi mereka. Jadi mereka tidak harus jauh-jauh dari sekolahnya. Kalau per kecamatan semuanya memberikan kontribusi dan menerima anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat bersekolah yang dekat dengan rumah. Memang seperti itu yang diharapkan dari pendidikan inklusif,” pungkasnya.

Sementara itu Wakil Walikota Banjarbaru, Darmawan Jaya mengatakan sistem pendidikan inklusif sendri memberikan kesempatan belajar pada anak – anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak – anak pada umumnya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan nyata sehari – hari.

“Pendidikan inklusif sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan – hambatan yang dapat menghalangi sitiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan,” katanya.

Ia juga menambahkan, sekolah inklusif adalah sistem pendidikan formal yang dipersiapkan untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan pada semua anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Seorang Anak Istimewa dari Sekolah SMA Muhamadiyah Banjarbaru (Kanan) memberikan sebuah baju sablon kepada Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya (Kiri) disela – sela kegiatan Peringatan Hari Autis dan Down Syndrome Internasional dengan tema Dongeng Kami untuk Mereka, Kita Maju dan Berkarya Bersama-sama di Aula BPKBP PNFI Provinsi Kalsel, FKPI Kota Banjarbaru, Kamis (4/4/2019). MC Kalsel/tgh

“Saya sangat setuju, mereka disebut anak-anak yang spesial, anak-anak berbakat, maupun anak-anak istimewa. Kita lihat apa yang ada di dalam dirinya dan lihat potensinya, itulah yang semestinya. Kita jangan terpaku pada fisiknya, entah siapapun itu, tapi kita lihat kontribusinya kepada dirinya, orang-orang terdekatnya dan juga masyarakat,” ungkapnya.

Selanjutnya ia juga memberikan ucapan terimakasih dan apresiasi yang setinggi – tingginya kepada 20 sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang telah berdedikasi untuk memberikan perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus.

“Apa yang kalian dedikasikan tentunya sangat berarti bagi anak berkebutuhan khusus. Semoga ke-20 sekolah ini dapat memberikan contoh kepada sekolah lainnya untuk dapat ikut menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Banjarbaru,” pungkasnya Kegiatan ini juga diisi dengan penampilan Para pendongeng dari tingkatan sekolah yang berbeda, dari SD sampai SMA. Untuk tokoh bebek dan monyet diperankan siswa SDN 1 Landasan Ulin Barat, sementara tokoh harimau diperankan siswa dari SDN 2 Kemuning. Mereka diiringi alunan musik yang dimainkan sejumlah siswa dari SMAN 4 Banjarbaru. MC Kalsel/tgh

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan