Sidak ke Pasar Antasari

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Selatan, Hermansyah (kedua kiri) bersama tim gabungan Staf Khusus Kementerian Perdagangan melakukan inspeksi ke Pasar Antasari Banjarmasin, Rabu pagi (13/6). Mc Kalsel / Fuz

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 2018 M/1439 H, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Selatan, bersama tim gabungan Staf Khusus Kementerian Perdagangan, Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Stagas Pangan, Bulog, TPID, serta Korem 101/Antasari melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Pasar Antasari Banjarmasin.

Inspeksi tersebut dilakukan untuk memantau langsung ketersedian pasokan dan harga sembako menjelang lebaran.

Dalam kesempatan itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalsel, Hermansyah mewakili Gubernur Kalsel mengatakan, hasil dari inspeski kali ini terpantau harga relatif stabil meskipun ada kenaikan harga pada daging ayam.

“Kenaikan harga daging ayam ini dipicu oleh penurunan bibit akibat terkena penyakit dan panjangnya rantai pemasaran,” ujar Hermansyah, Rabu (13/6).

Meskipun mengalami kenaikan, Hermansyah mengaku selama melakukan inspeksi dirinya bertemu dengan salah seorang pedagang yang menjual dengan harga lebih murah dibadingkan pedagang yang lain.

“Tadi ada pedagang yang menjual dengan harga yang lebih murah dibandingkan pedagang lain. Setelah ditanya, pedagang tersebut mengambil langsung dari rumah pemotongan sehingga harga jualnya lebih murah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi mengatakan penyakit yang menyebabkan kenaikan harga daging ayam di pasar Antasari ini bukanlah avian influenza (flu burung) melainkan penyakit Newcastle Disease (ND) atau tetelo dan Chronic Respiratory Disesae (CRD) yang tingkat kematiannya cukup tinggi.

Lebih jauh Suparmi menjelaskan bahwa ayam merupakan hewan ternak yang sensitif, karena itu perlakuan biosecuritynya pun harus sangat ketat.

“Meskipun begitu, ini masih bisa dikendalikan, karena masih dibawah batas maksimal 10 persen. Hal ini juga tergantung kecerdasan dari si pemelihara, jika ingin untung banyak perketat biosecuritynya, maka angka kematian ternak bisa dikendalikan dibawah 5 persen” tutur Suparmi.

Selain di pasar Antasari, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalsel bersama tim gabungan melanjutkan inspeksinya ke pasar Arum Manis Banjarmasin selaku sentra distributor dan beberapa ritel modern di Kota Banjarmasin. MC Kalsel/Jml

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan