Selain pertanian, perikanan, dan pariwisata, kawasan Pulau Laut dan Sebuku juga memiliki potensi besar dalam pengembangan peternakan, misalnya madu kelulut yang merupakan hasil hutan bukan kayu.
Madu kelulut dihasilkan dari hasil budidaya kelulut (Trigona Itama). Lebah ini tidak menyengat, memiliki tiga pasang kaki yang beruas-ruas, dan bentuknya lebih kecil dibanding lebah biasa.
Di kawasan hutan, sarang lebah kelulut berada pada rongga-rongga pohon, dan bentuk sarangnya berbentuk balok-balok, beda dengan lebah biasa yang sarangnya hexagonal.
Madu kelulut warnanya lebih jernih dibanding madu hutan biasa, dan rasanya manis bercampur masam. Dalam kehidupan dan perkembangannya, lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meliputi suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan ketinggian tempat. Di samping itu, ketersedian pakan sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah trigona.
Jenis tanaman sebagai pakan lebah trigona adalah semua jenis tanaman berbunga, yaitu perkebunan, tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman hortikultura, dan tanaman liar. Dengan ciri di dalam tanaman tersebut mengandung unsur-unsur nektar (madu), tepungsari (pollen), ekstrafloral, dan propolis.
“Karena itu kami sangat tergantung dengan hutan. Sebab, tanaman yang ada di hutan merupakan pakan utama bagi lebah kelulut yang kami budidayakan,” kata Syamsul, salah satu ketua kelompok pembudidaya lebah kelulut di kawasan Pulau Laut Sebuku, Kotabaru, Rabu 30/5).
Untuk itu, ia meminta agar instansi terkait, seperti pemerintah daerah dan kalangan swasta, serta masyarakat bisa menjaga keberadaan hutan di kawasan Pulau Laut Sebuku. “Kalau ada tambang, akan sulit mendapatkan pakan bagi lebah kelulut,” ujar Syamsul, warga Desa Sungai Pasir, Pulau Laut Tengah, Kotabaru.
Selain madu kelulut, pertanian pohon aren juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di kawasan Pulau Laut Sebuku. Penyebaran pohon aren di Kotabaru mulai dari bagian timur Pulau Laut hingga bagian barat, dan tersebar hampir di setiap desa, baik di lahan masyarakat maupun di kawasan hutan.
Selain itu, kawasan Pulau Laut Sebuku juga memiliki potensi besar dalam perkebunan kemiri. Saat ini, selain sebagai bahan campuran masakan, kemiri dijadikan bahan dasar kosmetik dan obat-obatan.
Hampir semua bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan, batang sebagai bahan baku furniture, kulit kayunya bisa sebagai obat, dan cangkang buah kemirinya bisa dijadikan briket arang.
Di Kalsel, termasuk di Kotabaru, potensi kemiri sangat banyak dan tumbuh menyebar di setiap desa, baik dalam kawasan hutan maupun di lahan-lahan masyarakat.
Penggiat lingkungan Pulau Laut Amrullah mengatakan, tanaman kemiri cocok di tanam di kawasan pegunungan karena baik dalam menyerap air sehingga bisa menahan erosi. “Selain itu, nilai ekonomisnya juga tinggi. Ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Amrullah. MC Kalsel/rmd.