Berjalan Kaki, Demi Buktikan NKRI Harga Mati

Watimin, pria berumur 36 tahun ini rela berjalan kaki dari sabang menuju merauke, demi membuktikan bahwa tak perlu takut menunjukkan kecintaanmu terhadap tanah air Indonesia, tak perlu malu menjadi orang Indonesia, juga tak perlu bergelimang harta dan berpendidikan tinggi untuk menunjukkan bakti kepada ibu pertiwi. MC Kalsel/rmd

Banjarmasin,

Pagi hari yang sudah cukup terik di kawasan jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, Jum’at (19/1) nampak berbeda dengan langkah seorang pria berperawakan kurus yang memanggul ransel serta banner dengan rangka kayu bertuliskan nama Watimin dan kalimat-kalimat penyemangat, ditambah bendera Merah Putih diatas dua bilah kayu di sisi kanan dan kiri punggungnya.

Watimin, pria berusia 36 tahun itu terus berjalan dengan baju safari warna putih dan peci hitam yang digunakannya saat itu, namun yang menarik perhatian saya adalah tulisan “NKRI Harga Mati” yang menjadi pembakar semangat bagi siapapun pengguna jalan yang tak sengaja melihatnya.

Rasa penasaran membawa saya untuk lebih mendekati Watimin dan mengajaknya berbincang terutama tentang alasan apa yang membawanya rela berjalan kaki berkeliling Indonesia, negara seluas hampir dua juta kilometer persegi yang terpisah menjadi pulau-pulau besar.

Dari penuturannya pria yang sebelumnya adalah buruh tani di Cilacap Jawa Tengah itu, ingin mewujudkan nazar  atas kesembuhan ayahnya yang sempat menderita tumor mata. Dari yang awalnya hanya berniat berjalan kaki dari Cilacap menuju Jakarta, Watimin akhirnya memutuskan untuk berkeliling dari Sabang sampai Merauke.  “Saya memulai perjalanan ini pada tanggal 17 Agustus 2016, alhamdulillah sudah sampai Banjarmasin artinya sudah setengah perjalanan saya tempuh walaupun dengan bekal seadanya”, ucap Watimin tegas.

Gejolak dan konflik bermuatan SARA yang marak terjadi selama 10 tahun terakhir dinilainya sudah menurunkan rasa nasionalisme di masyarakat, khususnya generasi muda Indonesia.  Ia mengaku prihatin dengan pengelompokkan yang terjadi di masyarakat  padahal Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Dimana banyak kultur  suku  adat dan keberagaman lainnya yang tidak dapat dipisahkan  dan sudah menjadi identitas bangsa sejak dulu, “saya terus mengingatkan kepada masyarakat terutama untuk kaum muda, untuk terus mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sekarang ini sudah kelihatan luntur”, tambah Watimin.

Pria yang dibantu oleh Paguyuban Cilacap di seluruh daerah yang didatanginya ini tak jarang harus menumpang makan dan tidur di Markas Koramil di kota-kota yang didatanginya. Kadangkala bantuan juga datang dari orang-orang yang tidak dikenal yang memberikannya tempat berteduh dan istirahat untuk sejenak, “Alhamdulillah disetiap perjalanan, masih banyak orang mau bantu saya, walaupun mereka tidak kenal dengan saya”, ucapnya.

Saat ini Watimin sedang menuju Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah dengan waktu tempuh yang diperkirakan akan memakan waktu selama satu hari penuh,  perjalanan menuju Merauke pun masih sangat panjang.

Setelah sebelumnya sudah berkeliling di Pulau Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara namun semangatnya masih sangat besar  untuk mengingatkan masyarakat  bahwa tak perlu takut menunjukkan kecintaanmu terhadap tanah air Indonesia, tak perlu malu menjadi orang Indonesia, juga tak perlu bergelimang harta dan berpendidikan tinggi untuk menunjukkan bakti kepada Ibu Pertiwi.

Tak hanya itu, dari perjalanannya berkeliling Indonesia Watimin juga membuka mata kita bahwa masih banyak orang-orang baik di negeri ini yang mau membantu orang yang sedang kesulitan, tanpa bertanya suku agama hingga latar belakang. MC Kalsel/rmd

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan