Pulau Cinta, Sabtu (8 /7). Sebuah nama tempat yang masih terdengar asing sebagai salah satu destinasi wisata di Kalimantan Selatan. Kendati begitu, pulau ini menyimpan pesona alam bawah laut dengan ritual adat yang kental.
Saat tiba di pulau ini para pengunjung yang datang di sambut dengan kawanan anak ikan Hiu, oleh karena itu sangat jarang ada wisatawan yang menyelam atau sekedar snorkling di perairan pulau ini. Tak heran jika di sini tak ada tempat penyewaan peralatan menyelam dan snorkling. Pengunjung yang ingin menikmati keindahan bawah laut di pulau ini biasanya harus membawa sendiri peralatannya. Bahkan jika ingin menginap, bisa menggunakan tenda dan peralatan yang juga dibawa sendiri. Buat para pecinta Fotografi, panorama sunset disini wajib diabadikan karena benar-benar merupakan lukisan Tuhan yang mengagumkan.
Pulau ini tidak berpenghuni. Di pulau yang luasnya sekitar 500 m² ini hanya ada pepohonan dan batu-batu besar yang tidak berpantai.
Pulau yang terletak di Desa Teluk Aru, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan ini menarik karena namanya yang unik, ternyata setelah ditelusuri pulau ini kerap dijadikan wadah sepasang kekasih untuk berpacaran bahkan menggelar ritual mengukuhkan cintanya, ritual tersebut dikenal dengan nama Malasuang Manu. Ritual Malasuang Manu ini sudah menjadi adat dari masa ke masa. Ritual Malasuang Manu diwajibkan bagi mereka yang ingin atau sudah mendapatkan jodoh atau pasangan. Bagi mereka yang sudah mendapatkan pasangan, biasanya mereka berikrar akan tetap saling mencinta dan saling setia sampai mati. Bagi yang ingin mendapatkan pasangan, mereka meminta agar dimudahkan jodohnya. Ritual tersebut biasanya dilakukan di sebuah batu bernama Batu Jodoh. Setelah ikrar diucapkan, dilanjutkkan dengan melepaskan sepasang ayam (jantan dan betina) di Pulau Cinta, sekitar 30 menit saja dari Teluk Aru, Kemudian dilanjutkan lagi dengan menggelar ritual mengikatkan sebuah tali bisa berupa akar pohon, palstik rafia atau pita warna-warni di ranting dan dahan pohon yang tumbuh di permukaan batu-batu besar.
Jika setelah menggelar ritual tersebut keinginannya tercapai, mereka akan melakukan syukuran dengan kembali menyambangi Pulau Cinta menggunakan perahu yang sudah dihiasi kain maupun kertas berwarna-warni. Dalam ritual tersebut, biasanya mereka akan menyajikan menu-menu makanan khusus beberapa diantaranya yaitu sanggar (pisang goreng) dan minuman teh panas.
Setelah sampai di pulau Cinta, mereka akan melepas kembali tali yang dulu pernah dikaitkan pada ranting , untuk kemudian disimpan sebagai bukti bahwa keinginannya sudah dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta, dan berharap semoga menjadi pasangan yang samawa (sakinah, mawaddah wa rohmah). MCKalsel/Scw